Minggu, 14 Oktober 2012

KOLEKSI PUISI-PUISI CINTA TERBARU


KENANGAN
 
Hampa mendera, mega terbayang ungu jingga mengelayuti badannya
Dan semua kenangan yang mengalahkan waktu,
akupun menelan ludah sampai langit berubah jingga dan fajar menerangi dadanya,
yang sakit hingga menjadi kelabu.
Habislah sudah perjalananku dan takdir yang hapus jejakku di dadamu.
Waktu memang makin tua dan mega masih tetap ungu,
namun sendu yang kutatap masih bayangmu,
yang memegang mawar yang layu di balik punggungmu.
Fajar makin hilang dan surut wajahmu mengelipkan cahaya kelabu dan mengilat
menyayat seluruh organ tubuhku ; kaku dan sekarat.
Sebisaku dan makin malam makin meringis ini mega,
aduhai betapa berarti dirimu di dalam hatiku cinta.
Oleh : Fahmi Fajar Meidiansyah
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------
SAJAK 14 JUNI
Buat niaku, ruh dalam jiwaku...
Sandarkan aku pada cekungnya bianglala
Dan senyummu dihiasi bunga randu alas yang terbang kesana-kemari
Tak pernah sedih walau disembur angin pagi dan senja
Yang kau tangkap saat lari-lari di taman hari ini
Buat nia, yang semburkan nafas untuk jasadku yang pongah
tak tertat.Sejajar dengan dentuman debar menyala.
Sutra hilang tua menyala tapi tak hilang cintaku dan gairah
Hisaplah, hisaplah buat niaku yang mengarang nyawa dalam dada
Pintu jadi menganga ke jalan pelaminan terang kita capai
Selagi nafasmu-nafasku menjadi karang di otakku
Selama nanah berbunga bagi hadirmu di lambai
Biar mati nan pisah-pisahkan nyawaku dan nyawamu
Buat niaku, Ruh dalam jasadku, ku sisipkan singgasana untukmu
dan untukku, terangi rongga-rongga dadamu yang sepi tanpaku.
Bawa aku ke ruang semua pintu terkunci dan hanya kau dan aku,
buat niaku, tudungkan sutra di palamu dan hisaplah sluruh gairahku.
Fahmi Fajar Meidiansyah

15 JURUS MENJADI PENULIS HANDAL

Menulis dan terus menulis adalah cara yang sangat bagus untuk meningkatkan keterampilan menulis dan melahirkan ide-ide baru untuk karya tulisan yang akan datang. Latihan ini juga akan memberi pandangan akan proyek tulisan yang kini sedang anda geluti. Salah satu manfaat melakukan latihan menulis pribadi adalah anda dapat membebaskan diri anda dari rasa takut dan perfeksionisme.
Untuk menjadi penulis, adalah penting untuk sesekali menulis tanpa beban memenuhi standar publikasi. Jangan takut tidak sempurna. Itulah gunanya latihan. Apa yang anda tulis saat anda berlatih menulis mungkin bukanlah karya terbaik anda, namun itu akan melatih anda untuk menulis dengan baik saat anda menghasilkan karya tulisan yang terbaik.
Berikut ini 15 jurus ampuh yang bisa anda praktekkan:
  1. 1Pilih sepuluh orang yang anda kenal dan deskripsikan setiap orang itu dalam satu kalimat.
  2. Rekam acara bincang-bincang di radio selama lima menit. Tulis dialognya dan tambahkan deskripsi naratif untuk pembicara yang ada di rekaman, beserta sikapnya, seolah-olah anda sedang mengatur dengan drama.
  3. Tulislah biografi anda sendiri sepanjang lima ratus kata.
  4. Tulis surat kematian anda sendiri. Buat daftar semua prestasi yang telah anda capai. Tulislah seakan-akan anda mati hari ini, atau lima puluh tahun (atau lebih) kemudian.
  5. Deskripsikan kamar anda dengan tiga ratus kata.
  6. Tulis wawancara fiksi dengan anda sendiri, teman, selebritis, atau karakter khayalan. Tulis wawancara itu dalam gaya tulisan majalah atau publikasi yang (benar atau salah).
  7. Pilih koran atau tabloid supermarket. Pilih artikel yang menurut anda menarik dan gunakan artikel itu sebagai dasar untuk menulis sebuah cerita.
  8. Tulis buku harian seorang karakter khayalan.
  9. Cari sebuah pragraf dari buku-buku favorit atau bukan- dan tulis kembali isi paragraf itu dalam gaya tulisan yang berbeda.
  10. Pilih seorang penulis, yang anda sukai meski bukan favorit anda, dan buat daftar berisi hal-hal yang anda suka dari cara penulis itu menulis. Ingatlah terlebih dahulu tulisan penulis itu tanpa membaca ulang tulisannya. Setelah anda selesai membuat daftar itu, baca kembali tulisan penulis itu dan periksa apakah anda melewatkan sesuatu hal atau apakah yang anda daftar tidak benar. Analisis elemen-elemen apa yang ada dalam gaya tulisan penulis, yang dapat anda terapkan pada tulisan anda sendiri. Serta elemen-elemen apa yang sebaiknya tidak atau tidak bisa andaa terapkan. Ingatlah bahwa gaya tulisan anda berbeda dari tulisan orang lain. Sebaiknya hanya berpikir bagaimana anda dapat membuat gaya tulisan anda menjadi lebih baik. Jangan pernah menirukan gaya tulisan orang lain dalam satu atau lebih latihan menulis.
  11. 11.    Cari karya tulisan yang pernah anda tulis menggunakan orang pertama, dan tuliskan kembali dengan orang ketiga, atau vice versa. Anda juga dapat melatih diri dengan mengganti keterangan waktu, narator, dan elemen-elemen lain. Jangan lakukan latihan ini pada satu buku penuh. Lakukan latihan ini pada karya tulisan yang lebih pendek.
  12. Cobalah untuk mengingat kenangan masa kecil anda. Tulis semua yang dapat anda ingat. Tulis ingatan-ingatan itu sebagai suatu adegan. Anda dapat melakukan itu dengan perspektif anda sekarang atau perspektif anda saat masih kecil dulu.
  13. Ingat perdebatan yang pernah anda alami dengan orang lain. Tulis perdebatan itu dari sudut pandang orang dengan siapa anda berdebat. Ingat bahwa intinya melihat perdebatan itu dari sudut pandang orang lain, bukan sudut pandang anda. Ini adalah latihan menulis pemikiran orang lain, bukan membuktikan anda salah atau benar.
  14. Deskripsikan suatu tempat dengan dua ratus kata. Anda dapat menggunakan semua indra yang dapat digunakan untuk mendeskripsikan sesuatu, tapi jangan gunakan indra penglihatan. Anda dapat mendeskripsikan rasa, suara, suasana, bahkan bau sesuatu. Cobalah untuk menulis dengan cara seperti itu sehingga pembaca benar-benar dapat membayangkan suatu tempat sampai dengan detail-detailnya.
  15. Duduklah di rumah makan atau tempat ramai, kemudian tulis penggalan-penggalan percakapan yang anda dengar. Dengarkan orang-orang yang ada di sekitar anda- bagaimana mereka berbicara dan kata-kata apa yang mereka gunakan. Sekalinya anda telah melakukan hal ini, anda dapat berlatih untuk menyelesaikan percakapan mereka. Tulis apa yang akan terjadi selanjutnya pada percakapan itu menurut versi anda sesuaikan gaya bahasanya.
Sumber: Badai Fisilmikaffah, 2008, Jurus Maut Menulis Buku Best Seller, Yogyakarta: Araska

ARTIKEL PUISI

Mengapa kita suka membuat puisi, bersusah payah mengartikan puisi?  Yang begitu sulit diartikan. Mengeja tiap katanya dan merangkai kalimatnya untuk menjadi bisa mengerti.
Saya medifinisikan puisi sebagai sekumpulan kata pilihan yang dirangkai dengan mempertimbangkan keindahan larik (rima), majas (metafora), makna dan irama (bunyi). Titik beratnya pada kata-kata yang dipilih. Dimaana kata tersebut merupakan hasil dari perenungan, kotemplasi atau mungkin ide yang muncul secara tiba-tiba karena si Pembuat puisi merasa “modnya dapet“. Kata-kata yang merangkai puisi merupakan “kemasan” yang menggambarkan keadaan kehidupan si penulis dengan berbagai macam sudut pandang dan faktor-faktor yang mendorong.
Jadi, seperti pernyataan sastrawan Rusia Leo Tolstoy, bahwa ia lebih memilih menulis puisi ketimbang prosa bila hendak mengungkapkan pikiran secara sangat padat dan dengan kekuatan maksimal.
“Puisi? Karena jika kalian bisa membaca puisi, kalian bisa baca apa saja,” jawab LouAnne.
Barangkali LouAnne benar, bahwa bila kita bisa memahami puisi, maka kita akan bisa membaca apa saja (baca: kehidupan). Sebab puisi tak saja terdiri dari sekumpulan kata yang mempertimbangkan keindahan bunyi dan kiasan, tapi juga menyimpan tanda-tanda yang tidak secara langsung bisa ditangkap dan dicerna pembacanya. Maka, apabila kita terlatih membaca tanda atau kode di dalam puisi, kita pun bisa membaca setiap tanda yang kita jumpai.
Makna sebuah puisi memang sangat tergantung kapan puisi itu ditulis. Tidak saja kondisi sang penyairnya, tapi juga zamannya. Setiap membaca puisi-puisi Chairil Anwar, saya selalu menemukan  kemuraman (sekalipun di dalam puisi “Aku” yang seringkali dibacakan dengan garang) – mungkinkah  karena kehidupannya yang bohemian? Atau sajak-sajak Rendra yang menyuarakan kebebasan suara hati karena pembungkaman oleh pemerintahan orde baru yang represif, atau juga penyair Ka dalam novel Snow (Orhan Pamuk) yang puisi-puisinya selalu dipengaruhi suasana kota Kars di Istanbul yang bersalju. Dan kita pun dapat memahami, mengapa banyak penyair tua (saya tak menyebutnya: muka lama) yang lebih banyak menulis puisi-puisi “ilahiah” – yang itu memberikan petunjuk tentang suasana psikologis dan kesadaran diri sang penyairnya. Sebagaimana halnya anak muda yang lebih suka menulis puisi cinta – yang kadang justru karena cintalah mereka mendadak menjadi seorang penyair yang romantis sekaligus gombal.
Lalu, mengapa puisi? Dan mengapa hingga sekarang orang masih menulis dan membaca puisi?

Sabtu, 04 Agustus 2012

PUISI AMIR HAMZAH


01 Nyanyian Mesir Purba
Kurnia kami, hari berbuahkan rahman,
Berbungakan suka.
Penghulu segala dewa!
Marahlah tuan dan lihat.
Urap dan menyan kami persembahkan
Kusuma dan bakung pedandan leher
Dinda tuan intan rupawan,
Yang siuman dalam hatimu
Yang merangkai pada sisimu.
Marilah diri! Gambang dan dendang
Merdu mengalun, Hari Duka
Telah lenyap, sukacita bertabur ria,
Sampai tuan tiba ke benua, yang diam semata-mata
Lepaslah tuan dari kami selama-lamanya.

02 Nyanyian Syiking
‘Wah!’, kesahnya, ‘kau dengar ayam jantan, ia memanggil?’
‘Tidak’, jawabnya,
‘Tidak, malam kelam dan tinggi,
Bukan itu kokok ayam, kekasihku’
‘Pintaku, bangkit, singkapkan tabir
Di tepi, dan tanya olehmu kan langit, sahabatku’
Lompat ia: ‘Celaka kita! Bintang pagi.
Pucat meningkat dari kaki langit’
‘Merah fajar’ – bisiknya takut, ‘Sekarang mesti engkau pergi!’
‘Bagaimana aku menanggungnya?’
‘Hai, Sebelumnya engkau pergi, balaskan setan itu,
Kejam ia menceraikan kita!’
‘Ambil busurmu, tujukan panah ini
Ayam jantan hatinya tepati!’
03 Nyanyian Jallaludin El Rumi
Jangan disalahkan dunia karena belenggumu,
Sebab banyakan mawar dari duri.
Jangan disebutkan dunia ini penjara,
Karena inginmu itulah yang membangunkan duka.
Jangan pula tanyakan penghabisan rahasia,
Satu dalam dua, atau baik, tau jahat!
Usaha pula katakan kasih meninggalkan tuan,
Jangan ia dicari di pekan dan jalan!
Ta’ guna takutkan siksa mati,
Sebab takut itulah mendatangkan sengsara,
Janganlah buru kijang cita indria,
Kalau terburu singa sesalan.
Jangan hatiku, mengekang diri,
Jadi ta’ usah malaikat menolong engkau.

04 Nyanyian Farid

Farid, jika manusia memukul senda
Jangan memukul pula
Cium kakinya
Lalu …
Dan lupa …
Keduanya …
Yang menjadikan terkandung
Dalam segala yang dijadikan
Dan yang dijadikan
Tersimpul dalam yang menjadikan
Bagaimana engkau berani
Ya Farid,
Menyumpah sesuatu yang buruk?
Tiada ada melainkan ia
05 Nyanyian Kabir I
Hatiku, hatiku, Sukma segala sukma
Hatiku, hatiku, Guru segala guru
Telah hampir
Bangkit, bangkit hatiku dan kucup
KakiNya
Kaki Guru maha-raya,
Supaya detikan cintamu
Memenuhi seluruh Kaki Gurumu
Tuan tidur, dari abad ke abad
Jagalah, hatiku, jaga
Pada subuh sentosa,
Jika embun menyejuk rumput.
Hendakkah tuan selalu bisu selaku batu,
Hatiku, aduh hatiku?

06 Nyanyian Kabir II
Ceritakan, undanku, kabaranmu kawi
Dari mana datangmu? Kemana terbangmu?
Di mana engkau berhenti melipat sayapmu?
Pada siapa engkau nyanyikan laguan malammu?
Kalau nanti pagi-pagi engkau terjaga, undanku
Terbang, melayang tinggi dan ikut jalanku.
Ikutkan daku ke negeri sana, mana susah dan was-was
Tiada mungkin bernafas, dan maut,
Malaikat hitam, tiada lagi memberi negeri
Musim cuaca lagi membunga di pucuk kayu
Harum panas ditebar angin sepoi:
Aku di dalamnya, ia di dalamku.
Kumbang hatiku menyelam dalam bunga
Dan tiada berhasrat lagi


07 Nyanyian Mira – Bai
Pada kala aku mengambil air dari sungai Yamuna,
Dipandang Krishna senda
Dengan mataNya yang raya
Tertawa bertanya
Kendiku telungkup aku pun lalu
Penuh heran dan ragu
Semenjak itu semayam Ia dalam kalbuku
Krishna berambut ikal.
Hentikan segala mantera, jauhkan penawar semua
Lepaskan aku dari akar dan jamu!
Bawakan daku Krishna berambut hitam
Bawakan daku Krishna bermata cuaca!
Alisnya, busurnya – Pandangnya, panahnya
Dibidiknya – lepaskan – tepat

08 Hanyut Aku
Hanyut aku, kekasihku!
Hanyut aku!
Ulurkan tanganmu, tolong aku.
Sunyinya sekelilingku!
Tiada suara kasihan, tiada angin mendingin hati,
Tiada air menolak ngelak.
Dahagaku kasihmu, hauskan bisikmu,
Mati aku, sebabkan diammu.
Langit menyerkap, air berlepas tangan,
Aku tenggelam.
Tenggelam dalam malam.
Air di atas mendidih keras.
Bumi di bawah menolak keatas.
Mati aku, kekasihku, mati aku!
09 Mengawan
Rengang aku daripadaku, mengikut kawalku mengawan naik.
Mewajah kebawah, terlentang aku, lemah lunak,
Kotor terhampar, paduan benda empat perkara.
Datang pikiran membentang kenang,
Membunga cahaya cuaca lampau,
Menjadi terang mengilau kaca.
Lewat lambat aku dan dia, ria tertawa, bersedih suka,
Berkasih pedih, bagai merpati bersambut mulut.
Tersenyum sukma, kasihan serta.
Benda mencintai benda …
Naik aku mengawan rahman, mengikut kawalku membawa warta.
Kuat, sayapku kuat, bawakan aku, biar sampai membidai-belai
Celah tersentuh, di kursi kesturi.
10 Doa
Dengan apakah kubandingkan pertemuan kita, kekasihku?
Dengan senja samar sepoi,
Pada masa purnama meningkat naik,
Setelah menghalaukan panas terik.
Angin malam menghembus lemah,
Menyejuk badan, melambung rasa menanyang pikir,
Membawa angan ke bawah kursimu
Hatiku terang menerima katamu,
Bagai bintang memasang lilinnya.
Kalbuku terbuka menunggu kasihmu,
Bagai sedap-malam menyirak kelopak.
Aduh kekasihku, isi hatiku dengan katamu, penuhi dadaku
Dengan cahayamu, biar bersinar mataku sendu,
Biar berbinar gelakku rayu!
11 Memuji Dikau
Kalau aku memuji Dikau,
Dengan mulut tertutup, mata tertutup,
Sujudlah segalaku, diam terbelam,
Di dalam kalam asmara raya.
Turun kekasihmu,
Mendapatkan daku duduk bersepi, sunyi sendiri.
Dikucupnya bibirku, dipautnya bahuku,
Digantunginya leherku, hasratkan suara sayang semata.
Selagi hati bernyanyi, sepanjang sujud semua segala,
Bertindih ia pada pahaku, meminum ia akan suaraku …
Dan, iapun melayang pulang,
Semata cahaya,
Lidah api dilingkung kaca,
Menuju restu, sempana sentosa.
12 Panji Di Hadapanku
Kau kibarkan panji di hadapanku.
Hijau jernih di ampu tongkat mutu-mutiara.
Di kananku berjalan, mengiring perlahan,
Ridlamu rata, dua sebaya,
Putih-putih, penuh melimpah, kasih persih.
Gelap-gelap kami berempat, menunggu-nunggu,
Mendengar-dengar, suara sayang, panggilan-panjang,
Jatuh terjatuh, melayang-layang,
Gelap-gelap kami berempat, meminta-minta,
Memohon-mohon, moga terbuka selimut kabut,
Pembungkus halus, nokta utama,
Jika nokta terbuka-raya, jika kabut tersingkap semua
Cahaya ridla mengilau kedalam
Nur rindu memancar keluar.
13 Kurnia
Kau kurniai aku,
Kelereng kaca cerah cuaca,
Hikmat raya tersembunyi dalamnya,
Jua bahaya dikandung kurnia, jampi kau beri,
Menundukkan kepala naga angkara.
Kelereng kaca kilauan kasih,
Menunjukkan daku tulisan tanganMu
Memaksa sukmaku bersorak raya
Melapangkan dadaku, senantiasa sentosa
Sebab kelereng guli riwarni,
Kuketahui langit tinggi berdiri,
Tanah rendah membukit datar.
Kutilik diriku, dua sifat mesra satu:
Melangit tinggi, membumi keji.

Minggu, 29 Juli 2012

PUISI UNTUK IBU


                                                                Renungan hujan

Aku merenung saat hujan turun
Yang ramah tamah menjelma
Menjadi ombak yang bawaku kesana
Seperti ibu yang bawaku kesana.

Dulu aku main saat hujan turun
"Ibu aku ingin main hujan-hujanan !!"
Sampai hjan reda dan pelangi bersinjikat
Aku berharap hujan turun lagi.

 Tak ada lagi yang melibas air mataku
"Ibu larang aku main hujan-hujanan !!"
Namun ibu tetap terpejam, kaku dan pucat pasih.

Aku merenung lagi saat hujan turun
Aku rindu saat ibu melarangku dulu
Kini tanah itu dan ibu di basahi air hujan
"Ibu apakah kau tak kedinginan di terpa hujan.

Oleh  : Fahmi Fajar Meidiansyah

=========================================================================

                                                                                KOSONG...

Serangkaian kata maaf  telah melayang pergi Biarpun mulutku berbusa, aku mati pucat tak sebanding dengan
kasihmu yang kokoh.

Kosong raga tanpa warna dan bayangan hampa berparas ludah di muka
Sementara aku mencoreng arang di dahimu.

Sesal dan itu telah menjadi daging
Mawar dan karang ku bawa dalam darahmu ibu

Maafkan aku ..

Oleh  : Fahmi Fajar Meidiansyah

Senin, 23 Juli 2012

KENANGAN

Hampa mendera, mega terbayang ungu jingga mengelayuti badannya
Dan semua kenangan yang mengalahkan waktu,
akupun menelan ludah sampai langit berubah jingga dan fajar menerangi dadanya,
yang sakit hingga menjadi kelabu.
Habislah sudah perjalananku dan takdir yang hapus jejakku di dadamu.
Waktu memang makin tua dan mega masih tetap ungu,
namun sendu yang kutatap masih bayangmu,
yang memegang mawar yang layu di balik punggungmu.
Fajar makin hilang dan surut wajahmu mengelipkan cahaya kelabu dan mengilat
menyayat seluruh organ tubuhku ; kaku dan sekarat.
Sebisaku dan makin malam makin meringis ini mega,
aduhai betapa berarti dirimu di dalam hatiku cinta.

Oleh : Fahmi Fajar Meidiansyah

Selasa, 26 Juni 2012

KUMPULAN PUISI CINTA

SAJAK 14 JUNI

Buat niaku, ruh dalam jiwaku...

Sandarkan aku pada cekungnya bianglala
Dan senyummu dihiasi bunga randu alas yang terbang kesana-kemari
Tak pernah sedih walau disembur angin pagi dan senja
Yang kau tangkap saat lari-lari di taman hari ini

Buat nia, yang semburkan nafas untuk jasadku yang pongah
tak tertat.Sejajar dengan dentuman debar menyala.
Sutra hilang tua menyala tapi tak hilang cintaku dan gairah
Hisaplah, hisaplah buat niaku yang mengarang nyawa dalam dada

Pintu jadi menganga ke jalan pelaminan terang kita capai
Selagi nafasmu-nafasku menjadi karang di otakku
Selama nanah berbunga bagi hadirmu di lambai
Biar mati nan pisah-pisahkan nyawaku dan nyawamu

Buat niaku, Ruh dalam jasadku, ku sisipkan singgasana untukmu
dan untukku, terangi rongga-rongga dadamu yang sepi tanpaku.
Bawa aku ke ruang semua pintu terkunci dan hanya kau dan aku,
buat niaku, tudungkan sutra di palamu dan hisaplah sluruh gairahku.

Fahmi Fajar Meidiansyah

 ========================================================================

 MAHADUKA

Sungguh berasa pedih di dada
Tuhan mengkaji detail dongeng tentang kita
Dan habislah, tak kuasa mahaduka tiba
Terpaksa seiris demi seiris langkahmu tiada
Dahsyat segala kehilangan menanda
Sendu meradang, kehilangan kekasih yang tiada bernyawa.

Fahmi Fajar Meidiansyah
 =======================================================================

TENTANG HATI

Congkak ku rasa hati ini
Yang menghangat karena berlumut di dinding hati
Sementara isi hati hanya lukisan abstrak wajahmu
Dan sobekan-sobekan surat selamat tinggal darimu
Berasa seperti dalam pojok kamar yang gelap
Dan yang tertulis di lantai hanya kenangan
Dan hati yang tergeletak bersama fotomu.
Fahmi Fajar Meidiansyah 

 

Selasa, 29 Mei 2012

Hitam Putih

Bawa aku kemana saja
Asalkan jangan bawa ragaku ke dalam kubur
Aku masih ingin bersamamu
Diatas hitam aku masih berdiri
Memegang bendera setengah tiang
Atas berdukanya aku
Sembari ku kubur hatiku hidup-hidup
Aku masih ingin bernanyi denganmu padahal
Di sela sayup-sayup daun menggelitik jemarimu
Bawa aku pergi sekali ini sajaAsalkan jangan kau kubur aku hidup-hidup
Cukup cinta putihku saja yang ku kubur
Ayolah mimpikan aku sekali saja
Biar aku puas mencumbu bayangmu
Sampai hening menimpaku
Dan randu alaspun mendayu ; merayu
"Kapan kau kan mati jua ??" katanya.

Oleh  : Fahmi Fajar Meidiansyah

Kamis, 12 April 2012

BIOGRAFI SAPARDI DJOKO DAMONO

Prof Dr Sapardi Djoko Damono dikenal sebagai salah seorang sastrawan yang memberi sumbangan besar kepada kebudayaan masyarakat modern di Indonesia. Salah satu sumbangan terbesar Guru Besar Fakultas Sastra UI ini adalah melanjutkan tradisi puisi lirik dan berupaya menghidupkan kembali sajak empat seuntai atau kwatrin yang sudah muncul di jaman para pujangga baru seperti Amir Hamzah dan Chairil Anwar.
Pria kelahiran Solo, Jawa Tengah pada 20 Maret 1940 ini, mengaku tak pernah berencana menjadi penyair, karena dia berkenalan dengan puisi secara tidak disengaja. Sejak masih belia putra Sadyoko dan Sapariyah itu, sering membenamkan diri dalam tulisan-tulisannya. Bahkan, ia pernah menulis sebanyak delapan belas sajak hanya dalam satu malam. Kegemarannya pada sastra, sudah mulai tampak sejak ia masih duduk di bangku sekolah menengah pertama. Kemudian, ketika duduk di SMA, ia memilih jurusan sastra dan kemudian melanjutkan pendidikan di UGM, fakultas sastra.
Anak sulung dari dua bersaudara abdi dalem Keraton Surakarta itu mungkin mewarisi kesenimanan dari kakek dan neneknya. Kakeknya dari pihak ayah pintar membuat wayang—hanya sebagai kegemaran—dan pernah memberikan sekotak wayang kepada sang cucu. Nenek dari pihak ibunya gemar menembang (menyanyikan puisi Jawa) dari syair yang dibuat sendiri. “Tapi saya tidak bisa menyanyi, suara saya jelek,” ujar bekas pemegang gitar melodi band FS UGM Yogyakarta itu. Sadar akan kelemahannya, Sapardi kemudian mengembangkan diri sebagai penyair.
Selain menjadi penyair, ia juga melaksanakan cita-cita lamanya: menjadi dosen. “Jadi dosen ‘kan enak. Kalau pegawai kantor, harus duduk dari pagi sampai petang,” ujar lulusan Jurusan Sastra Barat FS&K UGM ini. Dan begitu meraih gelar sarjana sastra, 1964, ia mengajar di IKIP Malang cabang Madiun, selama empat tahun, dilanjutkan di Universitas Diponegoro, Semarang, juga selama empat tahun. Sejak 1974, Sapardi mengajar di FS UI.
Sapardi menulis puisi sejak di kelas II SMA. Karyanya dimuat pertama kali oleh sebuah surat kabar di Semarang. Tidak lama kemudian, karya sastranya berupa puisi-puisi banyak diterbitkan di berbagai majalah sastra, majalah budaya dan diterbitkan dalam buku-buku sastra. Beberapa karyanya yang sudah berada di tengah masyarakat, antara lain Duka Mu Abadi (1969), Mata Pisau dan Aquarium (1974).
Sebuah karya besar yang pernah ia buat adalah kumpulan sajak yang berjudul Perahu Kertas dan memperoleh penghargaan dari Dewan Kesenian Jakarta dan kumpulan sajak Sihir Hujan – yang ditulisnya ketika ia sedang sakit – memperoleh Anugerah Puisi Poetra Malaysia. Kabarnya, hadiah sastra berupa uang sejumlah Rp 6,3 juta saat memperoleh Anugerah Puisi Poetra Malaysia langsung dibelanjakannya memborong buku. Selain itu ia pernah memperoleh penghargaan SEA Write pada 1986 di Bangkok, Thailand.
Para pengamat menilai sajak-sajak Sapardi dekat dengan Tuhan dan kematian. “Pada Sapardi, maut atau kematian dipandang sebagai bagian dari kehidupan; bersama kehidupan itu pulalah maut tumbuh,” tulis Jakob Sumardjo dalam harian Pikiran Rakyat, 19 Juli 1984.
Bekas anggota Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) ini juga menulis esei dan kritik. Sapardi, yang pernah menjadi redaktur Basis dan kini bekerja di redaksi Horison, berpendapat, di dalam karya sastra ada dua segi: tematik dan stilistik (gaya penulisan). Secara gaya, katanya, sudah ada pembaruan di Indonesia. Tetapi di dalam tema, belum banyak.
Penyair yang pernah kuliah di Universitas Hawaii, Honolulu, AS, ini juga menulis buku ilmiah, satu di antaranya Sosiologi Sastra, Sebuah Pengantar Ringkas. (1978).
Selain melahirkan puisi-puisi, Sapardi juga aktif menulis esai, kritik sastra, artikel serta menerjemahkan berbagai karya sastra asing. Dengan terjemahannya itu, Sapardi mempunyai kontribusi penting terhadap pengembangan sastra di Tanah Air. Selain dia menjembatani karya asing kepada pembaca sastra, ia patut dihargai sebagai orang yang melahirkan bentuk sastra baru.
Dengan kepekaan dan wawasan seorang sastrawan, Sapardi ikut mewarnai karya-karya terjemahannya seperti Puisi Brasilia Modern, Puisi Cina Klasik dan Puisi Parsi Klasik yang ditulis dalam bahasa Inggris. Selain itu dia juga menerjemahkan karya asing seperti karya Hemmingway The Old Man and the Sea, Daisy Manis (Henry James), semuanya pada 1970-an. Juga, sekitar 20 naskah drama seperti Syakuntala karya Kalidasa, Murder in Cathedral karya TS Elliot, dan Morning Become Electra trilogi karya Eugene O’neil.
Sumbangsih Sapardi juga cukup besar kepada budaya dan sastra, dengan melakukan penelitian, menjadi narasumber dalam berbagai seminar dan aktif sebagai administrator dan pengajar, serta menjadi dekan Fakultas Sastra UI periode 1995-1999. Dia menjadi penggagas pengajaran mata kuliah Ilmu Budaya Dasar di fakultas sastra.
Dia menyadari bahwa menjadi seorang sastrawan tidak akan memperoleh kepuasan finansial. Kegiatan menulis adalah sebagai waktu istirahat, saat dia ingin melepaskan diri dari rutinitas pekerjaannya sehari-hari. Menikah dengan Wardiningsih, ia dikaruniai dua anak, Rasti Suryandani dan Rizki Henriko.
Profil ini dilansir dari situs Tokoh Nasional

Aku Ingin -Sapardi Djoko Damono-

DEPAN PINTU NO.44

Depan pintu besar bernomor 44
Sahabat yang miskin menjadi kaya
Sementara "si tamu" tetap miskin dan ingin silaturahmi
Suasana mengental dan menggalau
"Apakah sahabatku yang kaya ini mau menerimaku ; si miskin"


Oleh   : Fahmi Fajar Meidiansyah

SISA AUBADE

Suara detik jam bernyanyi dengan datar
Menjaring detik demi detik yang kau siakan
Pada sisa-sisa aubade lalu
Yang tersalin hany benciku padamu
Tersisa sebatang demi sebatang tulang rusukku
Yang kau ambil untuk membunuhku
Berkali-kali

Oleh  : Fahmi Fajar Meidiansyah

TENTANG HATI

Congkak ku rasa hati ini
Yang menghangat karena berlumut di dinding hati
Sementara isi hati hanya lukisan abstrak wajahmu
Dan sobekan-sobekan surat selamat tinggal darimu
Berasa seperti dalam pojok kamar yang gelap
Dan yang tertulis di lantai hanya kenangan
Dan hati yang tergeletak bersama fotomu.

Oleh  : Fahmi Fajar Meidiansyah

Kamis, 05 April 2012

CERPEN PERSAHABATAN

UNTUK SAHABAT
Karya NN

Ketika dunia terang, alangkah semakin indah jikalau ada sahabat disisi. Kala langit mendung, begitu tenangnya jika ada sahabat menemani. Saat semua terasa sepi, begitu senangnya jika ada sahabat disampingku. Sahabat. Sahabat. Dan sahabat. Ya, itulah kira-kira sedikit tentang diriku yang begitu merindukan kehadiran seorang sahabat. Aku memang seorang yang sangat fanatik pada persahabatan.

Namun, sekian lama pengembaraanku mencari sahabat, tak jua ia kutemukan. Sampai sekarang, saat ku telah hampir lulus dari sekolahku. Sekolah berasrama, kupikir itu akan memudahkanku mencari sahabat.

Tapi kenyataan dengan harapanku tak sejalan. Beragam orang disini belum juga bisa kujadikan sahabat. Tiga tahun berlalu, yang kudapat hanya kekecewaan dalam menjalin sebuah persahabatan. Memang tak ada yang abadi di dunia ini. Tapi paling tidak, kuharap dalam tiga tahun yang kuhabiskan di sekolahku ini, aku mendapatkan sahabat. Nyatanya, orang yang kuanggap sahabat, justru meninggalkanku kala ku membutuhkannya. “May, nelpon yuk. Wartel buka tuh,” ujar seorang teman yang hampir kuanggap sahabat, Riea pada ‘sahabat’ku yang lain saat kami di perpustakaan. “Yuk, yuk, yuk!” balas Maya, ‘sahabatku’. Tanpa mengajakku Kugaris bawahi, dia tak mengajakku.

Langsung pergi dengan tanpa ada basa-basi sedikitpun. Padahal hari-hari kami di asrama sering dihabiskan bersama. Huh, apalagi yang bisa kulakukan. Aku melangkah keluar dari perpustakaan dengan menahan tangis begitu dasyat. Aku begitu lelah menghadapi kesendirianku yang tak kunjung membaik. Aku selalu merasa tak punya teman. “Vy, gue numpang ya, ke kasur lo,” ujarku pada seorang yang lagi-lagi kuanggap sahabat. Silvy membiarkanku berbaring di kasurnya.

Aku menutup wajahku dengan bantal. Tangis yang selama ini kutahan akhirnya pecah juga. Tak lagi terbendung. Sesak di dadaku tak lagi tertahan. Mengapa mereka tak juga sadar aku butuh teman. Aku takut merasa sendiri. Sendiri dalam sepi begitu mengerikan. Apa kurangku sehingga orang yang kuanggap sahabat selalu pergi meninggalkanku. Aku tak bisa mengerti semua ini. Begitu banyak pengorbanan yang kulakukan untuk sahabat-sahabatku, tapi lagi-lagi mereka ‘menjauhiku’. “Faiy, lo kenapa sih ? kok nangis tiba-tiba,” tanya Silvy padaku begitu aku menyelesaikan tangisku. “Ngga papa, Vy,” aku mencoba tersenyum. Senyuman yang sungguh lirih jika kumaknai. “Faiy, tau nggak ? tadi gue ketemu loh sama dia,” ujar Silvy malu-malu. Dia pasti ingin bercerita tentang lelaki yang dia sukai. Aku tak begitu berharap banyak padanya untuk menjadi sahabatku.

Kurasa semua sama. Tak ada yang setia. Kadang aku merasa hanya dimanfaatkan oleh ‘sahabat-sahabatku’ itu. Kala dibutuhkan, aku didekati. Begitu masalah mereka selesai, aku dicampakkan kembali. “Faiy, kenapa ya, Lara malah jadi jauh sama gue. Padahal gue deket banget sama dia. Dia yamg dulu paling ngerti gue. Sahabat gue,” Silvy curhat padaku tentang Lara yang begitu dekat dengannya, dulu. Sekarang ia lebih sering cerita padaku. Entah mengapa mereka jadi menjauh begitu. “Yah, Vy. Jangan merasa sendirian gitu dong,” balasku tersenyum. Aku menerawang,” Kalau lo sadar, Vy, Allah kan selalu bersama kita. Kita ngga pernah sendirian. Dia selalu menemani kita. Kalau kita masih merasa sendiri juga, berarti jelas kita ngga ingat Dia,” kata-kata itu begitu saja mengalir dari bibirku. Sesaat aku tersadar. Kata-kata itu juga tepat untukku. Oh, Allah, maafkanku selama ini melupakanmu. Padahal Dia selalu bersamaku.

Tetapi aku masih sering merasa sendiri. Sedangkan Allah setia bersama kita sepanjang waktu. Bodohnya aku. Aku ngga pernah hidup sendiri. Ada Allah yang selalu menemaniku. Dan seharusnya aku sadar, dua malaikat bahkan selalu di sisiku. Tak pernah absen menjagaku. Kenapa selama ini aku tak menyadarinya? Dia akan selalu mendengarkan ‘curhatanku’. Dijamin aman. Malah mendapat solusi. Silvy tiba-tiba memelukku. “Sorry banget, Faiy. Seharusnya gue sadar. Selama ini tuh lo yang selalu nemenin gue, dengerin curhatan gue, ngga pernah bete sama gue. Dan lo bisa ngingetin gue ke Dia. Lo shabat gue. Kenapa gue baru sadar sekarang, saat kita sebentar lagi berpisah…” Silvy tak kuasa menahan tangisnya.

Aku merasakan kehampaan sejenak. Air mataku juga ikut meledak. Akhirnya, setelah aku sadar bahwa aku ngga pernah sendiri dan ingat lagi padaNya, tak perlu aku yang mengatakan ‘ingin menjadi sahabat’ pada seseorang. Bahkan malah orang lain yang membutuhkan kita sebagai sahabatnya. Aku melepaskan pelukan kami. “ Makasih ya, Vy. Ngga papa koki kita pisah. Emang kalau pisah, persahabatan bakal putus. Kalau putus, itu bukan persahabatan,” kataku tersenyum. Menyeka sisa-sisa air mataku. Kami tersenyum bersama. Persahabatan yang indah, semoga persahabatan kami diridoi Allah. Sahabat itu, terkadang tak perlu kita cari. Dia yang akan menghampiri kita dengan sendirinya. Kita hanya perlu berbuat baik pada siapapun. Dan yang terpenting, jangan sampai kita melupakan Allah. Jangan merasa sepi. La takhof, wala tahzan, innallaha ma’ana..Dia tak pernah meninggalkan kita. Maka jangan pula tinggalkannya.

DMCA Protection on: http://www.lokerseni.web.id/2011/11/cerpen-persahabatan-untuk-sahabat.html#ixzz1rANRPpAx

MEMAHAMI LANGKAH-LANGKAH MENULIS CERPEN

MENULIS
Langkah menulis cerpen tidak jauh berbeda dengan mengarang pada umumnya. Berikut ini adalah tahap-tahap penulisan cerpen.
1. Menentukan tema cerpen.
Tema merupakan permasalahan dasar yang menjadi pusat perhatian dan akan diuraikan agar menjadi jelas. Tema sangat berkaitan dengan amanat/pesan/tujuan yang hendak disampaikan kepada diri pembaca. Tema dapat diperoleh dari proses menggali pengalaman-pengalaman yang mengendap atau refleksi peristiwa vang baru dialaminya.
2. Mengumpulkan data-data, keterangan, informasi, dokumen yang terkait dengan peristiwa/pengalaman yang menjadi sumber inspirasi cerita.
3. Menentukan garis besar alur atau plot cerita. Secara bersamaan dengan tahap ini, menciptakan tokoh dan menentukan latar cerita.
4. Menetapkan titik pusat kisahan atau sudut pandang pengarang.
5. Mengembangkan garis besar cerita menjadi cerita utuh.
6. Memeriksa ejaan, diksi, dan unsur-unsur kebahasaan lain serta memperbaikinya jika terdapat kekeliruan.

Aktivitas Diri
1. Berdasarkan pengalaman hidup teman yang telah kamu dengarkan pada kegiatan di atas atau dari sumber lain, karanglah sebuah cerpen.
2. Tulislah cerpen di buku tugasmu! Setelah selesai tunjukkanlah kepada temanmu yang kisah kehidupannya kamu ceritakan dalam cerpen tersebut. Mintalah ia mengemukakan pendapatnya sekaligus memeriksa ejaan cerpen
3. Perbaikilah cerpenmu berdasarkan masukan atau saran dari temanmu. Jika telah menjadi cerita yang memenuhi unsur cerpen dan menarik, ketiklah cerpenmu secara rapih di kertas kuarto.
4. Tulislah di bagian bawah cerpenmu data tentang pengalaman yang menjadi sumber inspirasi cerita. Sebutkan nama pemilik pengalaman dan data-data peristiwanya.
5. Setelah selesai, kumpulkanlah kepada gurumu untuk diperiksa dan dinilai.

TATA CARA MENULIS PUISI

Apa sih Puisi itu?

Puisi adalah rangkaian atau susunan kata yg indah, bermakna, dan memiliki aturan serta unsur-unsur bunyi.

Bagaimana menciptakan sebuah puisi yg indah?

Menulis puisi biasanya dijadikan media untuk mencurahkan perasaan, pikiran, pengalaman, dan kesan terhadap suatu masalah, kejadian, dan kenyataan di sekitar kita.
Nah langkah-langkah penciptaan puisi itu sendiri terdiri atas empat tahap penting, yaitu :
  1. PENCARIAN IDE, dilakukan dengan mengumpulkan atau menggali informasi melalui membaca, melihat, dan merasakan terhadap kejadian/peristiwa dan pengalaman pribadi, sosial masyarakat, ataupun universal (kemanusiaan dan ketuhanan).
  2. PERENUNGAN, yakni memilih atau menyaring informasi (masalah, tema, ide, gagasan) yg menarik dari tema yg didapat. Kemudian memikirkan, merenungkan, dan menafsirkan sesuai dengan konteks, tujuan, dan pengetahuan yg dimiliki.
  3. PENULISAN, merupakan proses yg paling genting dan rumit. Penulisan ini mengerahkan energi kreatifitas (kemampuan daya cipta), intuisi, dan imajinasi (peka rasa dan cerdas membayangkan), serta pengalaman dan pengetahuan. Untuk itulah, tahap penulisan hendaknya mencari dan menemukan kata ataupun kalimat yg tepat, singkat, padat, indah, dan mengesankan. Hasilnya kata-kata tersebut menjadi bermakna, terbentuk, tersusun, dan terbaca sebagai puisi.
  4. PERBAIKAN atau REVISI, yaitu pembacaan ulang terhadap puisi yg telah diciptakan. Ketelitian dan kejelian untuk mengoreksi rangkaian kata, kalimat, baris, bait, sangat dibutuhkan. Kemudian, mengubah, mengganti, atau menyusun kembali setiap kata atau kalimat yg tidak atau kurang tepat. Oleh karena itu, proses revisi atau perbaikan ini terkadang memakan waktu yg cukup lama hingga puisi tersebut telah dianggap ''menjadi'' tidak lagi dapat diubah atau diperbaiki lagi oleh penulisnya.
Baiklah... sekarang akan saya jelaskan satu persatu secara rinci.
Dalam menulis puisi, yg pertama-tama dilakukan adalah menentukan tema. Tema adalah pokok persoalan yg akan dikemukakan dalam puisi tersebut.
Nah... jika sudah menemukan dan menentukan tema yg akan ditulis menjadi puisi, kita perlu mengembangkan tema itu.

Hal-hal apa yg akan dikemukakan dalan puisi?

Hal-hal yg akan dikemukakan dalam puisi itu dapat dicari melalui pemikiran atau pengamatan. Secara mudah, misalnya kita akan menulis puisi yg berhubungan dengan kehidupan seorang sahabat yg sedang patah semangat karena menderita suatu penyakit.
Setelah menentukan masalah tema tersebut kita akan melakukan pengamatan di lapangan tentang kehidupan sang obyek. Dan dari hasil pengamatan itulah kemudian dipilih lalu ditentukan mana-mana yg akan diungkapkan dalam puisi.

Dalam mengungkapkan kata-kata ke bentuk puisi diperlukan pemilihan kata-kata yg tepat, bukan hanya tepat maknanya melainkan juga harus tepat bunyi-bunyinya. Penyusunan kata-kata itu harus sedemikian rupa sehingga menimbulkan kesan estetis (indah). Selain itu, pendaya-gunaan majas dan personifikasi harus diperhatikan agar puisi yg dibuat semakin bagus.
Menulis puisi sangat bertolak-belakang dengan menulis artikel. Kalo dalam penulisan artikel, kita di tuntut untuk menggunakan kata yg tegas dan tidak berbelit-belit, maka dalam penulisan puisi adalah justru sebaliknya. Kita dituntut untuk pandai meng-improvisasikan sebuah keadaan menjadi rangkaian kata-kata yg enak dibaca dan penuh dengan makna tersembunyi.

Saya kasih contoh misalnya keadaannya seperti ini :

ketika saya duduk-duduk di taman, saya melihat seekor kucing sedang makan tikus dengan sangat rakus, sehingga menimbulkan bunyi kriuk-kriuk yg begitu menjijikkan.

Maka kalo keadaan itu diterjemahkan ke dalam satu bentuk puisi akan menjadi seperti ini :

lihatlah...
kucing jantan sedang asyik mencumbu kepala tikus...

Penjelasan :
- mengapa kita harus memilih kata lihatlah... bukan ku lihat...?
Dalam konteks ini tujuan kita adalah mencoba mengajak pembaca untuk ikut merasakan apa yg sedang kita rasakan. Lha kalo kita memilih kata ku lihat... maka berarti kalimat tersebut hanya ditujukan untuk diri kita sendiri, bukan untuk pembacanya.
- mengapa kita harus memilih kucing jantan bukan kucing betina atau kucing saja?
Tujuannya disini adalah sebagai penegasan untuk memperkuat makna, sebab kata jantan itu sendiri sudah memiliki makna kuat, garang, ganas dsb. Kalo kita hanya memakai kata kucing saja, kalimat tersebut akan menjadi kurang tegas, terlebih kalo kita memilih kata kucing betina. Itu justru akan membuat lemah makna yg terkandung.
- lalu mengapa kita harus memilih kata mencumbu bukan memakan?
Tujuannya adalah untuk memperluas makna, kalo kita pilih memakan paling pembaca mikirnya gini, halah cuma gitu doang, memasukkan makanan ke dalam mulut. Akan sangat jauh berbeda dengan ketika kita memilih kata mencumbu. Pembaca akan mendapatkan banyak imajinasi dari pemakaian kata mencumbu disini. Bisa diartikan memeluk, menciumi, menjilati, melumat dsb.
- sedangkan kata kepala tikus, disini berfungsi untuk memfokuskan perhatian. Kalo kita memilih kata perut tikus, maka perhatian pembaca akan melebar kemana-mana, karena di dalam perut yg begitu empuk terdapat isi yg tentu saja itu ikut termakan dan dipilah-pilah lagi oleh si kucing. Sangat berbeda ketika kita memilih kata kepala tikus. Kepala tikus mengandung makna bahwa tikus yg dimakan itu hanya satu. Selain itu, kata tersebut akan membuat pembaca berimajinasi begini, betapa gemeretaknya ketika gigi-gigi kucing itu sedang beradu dengan tempurung kepala tikus yg begitu keras. Pastilah liur si kucing sampai berceceran dan tentu saja itu sangat sangat menjijikkan.
Dan dari imajinasi pembaca tersebut kita akan sangat mudah dalam memilih kalimat selanjutnya, satu contoh kelanjutannya adalah seperti ini :

lihatlah...
kucing jantan sedang asyik mencumbu kepala tikus...
liurnyapun menetes menimpa rumput lalu membusuk...
hangus..!
dan seiring taring kucing runcing gemerincing...
dst....

Nah... teman-teman sekalian demikianlah kiranya sedikit penjelasan tentang puisi dan cara-cara penulisannya dari saya.
Untuk melihat contoh puisi yg telah saya buat, silakan dibaca dan dimaknai postingan saya yg ini.

Selasa, 20 Maret 2012

Kata yang sering salah dieja

Daftar ini disusun menurut urutan abjad. Kata pertama adalah kata baku menurut KBBI (kecuali ada keterangan lain) dan dianjurkan digunakan, sedangkan kata-kata selanjutnya adalah variasi ejaan lain yang kadang-kadang juga digunakan.
1. aktif, aktip
2. aktivitas, aktivitas
3. alquran, al-Qur’an, Al-Qur’an, al Qur’an, Al Qur’an (maupun tanpa ['])
4. analisis, analisa
5. Anda, anda
6. apotek, apotik (ingat: apoteker, bukan apotiker)
7. asas, azas
8. atlet, atlit (ingat: atletik, bukan atlitik)
9. bus, bis
10. besok, esok
11. diagnosis, diagnosa
12. Ekstrakurikuler, ekstrakulikuler
13. ekstrem, ekstrim
14. embus, hembus
15. Februari, Pebruari
16. frekuensi, frekwensi
17. foto, photo
18. gladi, geladi
19. hierarki, hirarki
20. hipnosis (nomina), menghipnosis (verba), hipnotis (adjektiva)
21. ibu kota, ibukota
22. ijazah, ijasah
23. imbau, himbau
24. indera, indra
25. indragiri, inderagiri
26. istri, isteri
27. izin, ijin
28. jadwal, jadual
29. jenderal, jendral
30. Jumat, Jumat
31. kacamata, kaca mata
32. kanker, kangker
33. karier, karir
34. Katolik, Katholik
35. kendaraan, kenderaan
36. komoditi, komoditas [2]
37. komplet, komplit
38. konkret, konkrit, kongkrit
39. kosa kata, kosakata
40. kualitas, kwalitas, kwalitet [2]
41. kuantitas, kwantitas [2]
42. kuitansi, kwitansi
43. kuno, kuna [3]
44. lokakarya, loka karya
45. maaf, ma’af
46. makhluk, mahluk, mahkluk (salah satu yang paling sering salah)
47. mazhab, mahzab
48. metode, metoda
49. mungkir, pungkir (Ingat!)
50. nakhoda, nahkoda, nakoda
51. napas, nafas
52. narasumber, nara sumber (berlaku juga untuk kata belakang lain)
53. nasihat, nasehat
54. negatif, negatip (juga kata-kata lainnya yang serupa)
55. November, Nopember
56. objek, obyek
57. objektif, obyektif/p
58. olahraga, olah raga
59. orang tua, orangtua
60. paham, faham
61. persen, prosen
62. pelepasan, penglepasan
63. penglihatan, pelihatan; pengecualian
64. permukiman, pemukiman
65. perumahan, pengrumahan; baik untuk arti housing maupun PHK
66. pikir, fikir
67. Prancis, Perancis [4]
68. praktik, praktek (Ingat: praktikum, bukan praktekum)
69. provinsi, propinsi
70. putra, putera
71. putri, puteri
72. realitas, realita
73. risiko, resiko
74. saksama, seksama (Ingat!)
75. samudra, samudera
76. sangsi (=ragu-ragu), sanksi (=konsekuensi atas perilaku yang tidak benar, salah)
77. saraf, syaraf
78. sarat (=penuh), syarat (=kondisi yang harus dipenuhi)
79. sekretaris, sekertaris
80. sekuriti, sekuritas [2]
81. segitiga, segi tiga
82. selebritas, selebriti
83. sepak bola, sepakbola
84. silakan, silahkan (Ingat!)
85. sintesis, sintesa
86. sistem, sistim
87. surga, sorga, syurga
88. subjek, subyek
89. subjektif, subyektif/p
90. Sumatra, Sumatera
91. standar, standard
92. standardisasi, standarisasi [5]
93. tanda tangan, tandatangan
94. tahta, takhta
95. teknik, tehnik
96. telepon, tel(f/p)on, telefon, tilpon
97. teoretis, teoritis (diserap dari: theoretical)
98. terampil, trampil
99. ubah (=mengganti), rubah (=serigala) — sepertinya kedua-duanya berlaku
100. utang, hutang (Ingat: piutang, bukan pihutang)
101. walikota, wali kota
102. Yogyakarta, Jogjakarta
103. zaman, jaman

Awalan me- pada Bahasa Indonesia

Awalan me-
Pembentukan dengan awalan me- memiliki aturan sebagai berikut:
1. tetap, jika huruf pertama kata dasar adalah l, m, n, q, r, atau w. Contoh: me- + luluh → meluluh, me- + makan → memakan.
2. me- → mem-, jika huruf pertama kata dasar adalah b, f, p*, atau v. Contoh: me- + baca → membaca, me- + pukul → memukul*, me- + vonis → memvonis, me- + fasilitas + i → memfasilitasi.
3. me- → men-, jika huruf pertama kata dasar adalah c, d, j, atau t*. Contoh: me- + datang → mendatang, me- + tiup → meniup*.
4. me- → meng-, jika huruf pertama kata dasar adalah huruf vokal, k*, g, h. Contoh: me- + kikis → mengikis*, me- + gotong → menggotong, me- + hias → menghias.
5. me- → menge-, jika kata dasar hanya satu suku kata. Contoh: me- + bom → mengebom, me- + tik → mengetik, me- + klik → mengeklik.
6. me- → meny-, jika huruf pertama adalah s*. Contoh: me- + sapu → menyapu*.
Huruf dengan tanda * memiliki sifat-sifat khusus:
1. Dilebur jika huruf kedua kata dasar adalah huruf vokal. Contoh: me- + tipu → menipu, me- + sapu → menyapu, me- + kira → mengira.
2. Tidak dilebur jika huruf kedua kata dasar adalah huruf konsonan. Contoh: me- + klarifikasi → mengklarifikasi.
3. Tidak dilebur jika kata dasar merupakan kata asing yang belum diserap secara sempurna. Contoh: me- + konversi → mengkonversi.

JENIS-JENIS IMBUHAN DALAM BAHASA INDONESIA

Jenis imbuhan
Jenis imbuhan dalam bahasa Indonesia dapat dikelompokkan menjadi:
A. Imbuhan sederhana; hanya terdiri dari salah satu awalan atau akhiran.
1. Awalan: me-, ber-, di-, ter-, ke-, pe-, per-, dan se-
2. Akhiran: -kan, -an, -i, -lah, dan -nya

B. Imbuhan gabungan; gabungan dari lebih dari satu awalan atau akhiran.
1. ber-an dan ber-i
2. di-kan dan di-i
3. diper-kan dan diper-i
4. ke-an dan ke-i
5. me-kan dan me-i
6. memper-kan dan memper-i
7. pe-an dan pe-i
8. per-an dan per-i
9. se-nya
10. ter-kan dan ter-i

C. Imbuhan spesifik; digunakan untuk kata-kata tertentu (serapan asing).
1. Akhiran: -man, -wan, -wati, dan -ita.
2. Sisipan: -in-,-em-, -el-, dan -er-.

Minggu, 18 Maret 2012

POTRET INDONESIA

 Anak yang tertidur di alas para pemimpi.

Sampah yang menjadi teman bagi kita.


Air yang menampung bekas para pemimpi yang berotak kotor.

Sahabat yang bernyanyi bising dalam perjalanan yaitu macet.


Oleh   : Fahmi Fajar Meidiansyah

SEBUTIR DEBU BERDARAH

Sesampainya pada tanah ini, pemangsa berkaliaran disini
Matahari bersiul na na na.. seolah tak mau tahu
Padahal tangis kecil itu dan bau ompol memecah sombongnya langit
Dan aku hanya sebutir debu berdarah yang anyir
Yang tertidur di alas orang-orang yang menyairkan aku nina bobo
Menuju kehampaan apa arti nafas ini
Di tiap harinya membawa gumpalan daging yang membusuk menyerupai hati
Aku hanya anak kecil yang baru tahu dunia
Aku hanya malaikat yang baru tahu dosa
Sementara ayahku pengukur jalan dengan gerobak
Yang tiap detiknya membawaku dalam gerobak sambil bercerita dongeng
Sampai aku tertidur dalam fana yang buatku kejang
Aku hanya bayi
Aku hanya debu
Aku tak ingat kapan aku akan mereguk darahku sendiri
Karna sombongnya dunia yang menelanku hidup-hidup.


Oleh : Fahmi Fajar Meidiansyah

Sabtu, 18 Februari 2012

DEAR PUTIH ABU-ABU

Dengan tangan ini kita bersama mencatat
Di kertas putih yang kita tulis penuh emosi
Ada cinta
Ada persaingan
Ada permusuhan di masa itu

DEAR PUTIH ABU-ABU
Apakah ini kan terulang walau kita tak ingin mengulang
Atau kita akan menulis di buku diary tentang tingkah kita
Yang masih congkak menatap hari

Apakah kalian ingat tentang kita
Berpacu dalam prestasi
Bernyanyi dalam percintaan
Dan tersudut saat terasingkan teman

Jika tua kita telah masing-masing
Jangan lupa saat kita menjelma menjadi pemberontak
Yang masih bermimpi memeluk bulan

DEAR PUTIH ABU-ABU
jadikan semuanya legenda di tanah kita
Semua tentang persahabatan kita selamanya
MELEGENDA


Oleh : Fahmi Fajar Meidiansyah