Hampa mendera, mega terbayang ungu jingga mengelayuti badannya
Dan semua kenangan yang mengalahkan waktu,
akupun menelan ludah sampai langit berubah jingga dan fajar menerangi dadanya,
yang sakit hingga menjadi kelabu.
Habislah sudah perjalananku dan takdir yang hapus jejakku di dadamu.
Waktu memang makin tua dan mega masih tetap ungu,
namun sendu yang kutatap masih bayangmu,
yang memegang mawar yang layu di balik punggungmu.
Fajar makin hilang dan surut wajahmu mengelipkan cahaya kelabu dan mengilat
menyayat seluruh organ tubuhku ; kaku dan sekarat.
Sebisaku dan makin malam makin meringis ini mega,
aduhai betapa berarti dirimu di dalam hatiku cinta.
Dan semua kenangan yang mengalahkan waktu,
akupun menelan ludah sampai langit berubah jingga dan fajar menerangi dadanya,
yang sakit hingga menjadi kelabu.
Habislah sudah perjalananku dan takdir yang hapus jejakku di dadamu.
Waktu memang makin tua dan mega masih tetap ungu,
namun sendu yang kutatap masih bayangmu,
yang memegang mawar yang layu di balik punggungmu.
Fajar makin hilang dan surut wajahmu mengelipkan cahaya kelabu dan mengilat
menyayat seluruh organ tubuhku ; kaku dan sekarat.
Sebisaku dan makin malam makin meringis ini mega,
aduhai betapa berarti dirimu di dalam hatiku cinta.
Oleh : Fahmi Fajar Meidiansyah
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------
SAJAK 14 JUNI
Buat niaku, ruh dalam jiwaku...
Sandarkan aku pada cekungnya bianglala
Dan senyummu dihiasi bunga randu alas yang terbang kesana-kemari
Tak pernah sedih walau disembur angin pagi dan senja
Yang kau tangkap saat lari-lari di taman hari ini
Buat nia, yang semburkan nafas untuk jasadku yang pongah
tak tertat.Sejajar dengan dentuman debar menyala.
Sutra hilang tua menyala tapi tak hilang cintaku dan gairah
Hisaplah, hisaplah buat niaku yang mengarang nyawa dalam dada
Pintu jadi menganga ke jalan pelaminan terang kita capai
Selagi nafasmu-nafasku menjadi karang di otakku
Selama nanah berbunga bagi hadirmu di lambai
Biar mati nan pisah-pisahkan nyawaku dan nyawamu
Buat niaku, Ruh dalam jasadku, ku sisipkan singgasana untukmu
dan untukku, terangi rongga-rongga dadamu yang sepi tanpaku.
Bawa aku ke ruang semua pintu terkunci dan hanya kau dan aku,
buat niaku, tudungkan sutra di palamu dan hisaplah sluruh gairahku.
Fahmi Fajar Meidiansyah