Dengan jinjingan ia susuri aspal-aspal yang tak bersahabat
Demi picisan-picisan yang membuat hidupnya sedikit longgar
Kakek penjual kopi itu menuangkan kopi yang penuh dengan cinta
Yang dicerucup para kuli panggul, tukang becak bahkan anak muda sekalipun
Tiap detiknya sama dengan kopi hitam yang pahit
Yang tak tahu alur kemana ia harus jajakan kopinya
Biar lelah, biar lunglai
Seniman pengaduk semangat itu tetap terjaga dari letihnya
Sayang dan malang terjadi dalam aral yang ia terjang
Aspal nelangsa, debu-debu berduka
Saat kakek penjual kopi terbaring bersimpuh darah
Yang diterpa mobil yang membuat perjuangannya runtuh
Oleh : Fahmi Fajar Meidiansyah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar