Minggu, 29 Juli 2012

PUISI UNTUK IBU


                                                                Renungan hujan

Aku merenung saat hujan turun
Yang ramah tamah menjelma
Menjadi ombak yang bawaku kesana
Seperti ibu yang bawaku kesana.

Dulu aku main saat hujan turun
"Ibu aku ingin main hujan-hujanan !!"
Sampai hjan reda dan pelangi bersinjikat
Aku berharap hujan turun lagi.

 Tak ada lagi yang melibas air mataku
"Ibu larang aku main hujan-hujanan !!"
Namun ibu tetap terpejam, kaku dan pucat pasih.

Aku merenung lagi saat hujan turun
Aku rindu saat ibu melarangku dulu
Kini tanah itu dan ibu di basahi air hujan
"Ibu apakah kau tak kedinginan di terpa hujan.

Oleh  : Fahmi Fajar Meidiansyah

=========================================================================

                                                                                KOSONG...

Serangkaian kata maaf  telah melayang pergi Biarpun mulutku berbusa, aku mati pucat tak sebanding dengan
kasihmu yang kokoh.

Kosong raga tanpa warna dan bayangan hampa berparas ludah di muka
Sementara aku mencoreng arang di dahimu.

Sesal dan itu telah menjadi daging
Mawar dan karang ku bawa dalam darahmu ibu

Maafkan aku ..

Oleh  : Fahmi Fajar Meidiansyah

Senin, 23 Juli 2012

KENANGAN

Hampa mendera, mega terbayang ungu jingga mengelayuti badannya
Dan semua kenangan yang mengalahkan waktu,
akupun menelan ludah sampai langit berubah jingga dan fajar menerangi dadanya,
yang sakit hingga menjadi kelabu.
Habislah sudah perjalananku dan takdir yang hapus jejakku di dadamu.
Waktu memang makin tua dan mega masih tetap ungu,
namun sendu yang kutatap masih bayangmu,
yang memegang mawar yang layu di balik punggungmu.
Fajar makin hilang dan surut wajahmu mengelipkan cahaya kelabu dan mengilat
menyayat seluruh organ tubuhku ; kaku dan sekarat.
Sebisaku dan makin malam makin meringis ini mega,
aduhai betapa berarti dirimu di dalam hatiku cinta.

Oleh : Fahmi Fajar Meidiansyah